KISAH KESABARAN WANITA HADRAMAUT
Habib Alwi bin Abdullah bin Idrus bin Syahab, bagi sebagian penduduk Indonesia mungkin kurang dikenal, namun tidak demikian bagi para penduduk Hadramaut. Beliau adalah seorang ulama besar yang hidupnya dipenuhi dengan kebaikan dan akhlak terpuji. Hampir di setiap Majelis Taklim yang dibicarakan sebagai tauladan hingga detik ini adalah kehidupan Habib Alwi ini . Beliau ini adalah guru dari para ulama Tarim.
Saat ini sosok yang paling disegani dan dicintai oleh masyarakat Hadramaut dan para pecinta keturunan Nabi Muhammad adalah Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Bin Syahab, yang tak lain adalah cucu dari Habib Alwi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan padanya.
Ayah dari Habib Abdullah ini adalah Habib Muhammad bin Alwi, merupakan salah satu guru utama Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz. Perlu untuk ceritakan disini adalah sosok wanita mulia yang sangat penyabar dan perhatian terhadap putranya, sehingga mampu melahirkan sosok mulia nan agung sepert Habib Alwi ini. Beliau adalah Syarifah Fatimah binti Muhammad Bilfaqih, wanita mulia yang penyabar, punya niat baik terhadap anak yang dilahirkannya.
Bukti akan hal ini adalah tatkala ayah dari Habib Alwi yaitu Habib Abdullah bin Idrus bin Syahab yang telah lama hijrah ke Palembang dan pulang ke Tarim serta punya niat untuk menikahi wanita dari para khalifah yang ada di Tarim. Semua wanita dan para orang tuanya tidak ada yang mau menerimanya, sebab mereka tahu bahwa beliau akan meninggalkan istrinya di Tarim, sedangkan beliau akan kembali ke Indonesia, kecuali Syarifah Fatimah binti Muhammad Bilfaqih yang dengan sukarela mau menerima lamaran Habib Abdullah bin bin Syahab.
Hal ini setelah mendengar beliau nasehat dari sesepuh Tarim saat itu yaitu Al Habib Muhammad Bin Abdurrahman Al Masyhur bahwa Habib Abdullah ini akan menurunkan ulama yang akan menjadi rujukan kaum muslimin. Mendengar bisyarah ini, Syarifah Fatimah dengan penuh kesabaran yang dinikahi oleh Abdullah yang pasti akan meninggalkannya.
Nasehat dari sesepuh Tarim itu membuatnya bersemangat untuk menunggu kelahiran seorang ulama dari rahimnya.
Benar dugaan masyarakat Tarim, setelah Syarifah Fatimah hamil kurang lebih sekitar 6 bulan yang berarti kurang dari 2 bulan sang bayi akan lahir, sang suami Al Habib Abdullah harus meninggalkannya dalam keadaan hamil. Habib Abdullah pergi dari Kota Tarim menuju Mekkah dan dari 1 menuju ke Indonesia tepatnya di kota Palembang dalam rangka menyebarkan dakwah kakeknya Nabi Muhammad SAW. Setelah itu Syarifah Fatimah harus bersabar menjalani masa hidupnya tanpa didampingi suami tercintanya. Beliau rela menjalani hidup seperti itu demi melahirkan seorang ulama dan wali yang mahsyur. Sejak beliau menikah, pernikahan beliau bukan dengan dasar hawa nafsu, namun lebih didasari oleh niat baik dan tekad kuat untuk melahirkan generasi yang bisa bermanfaat bagi agama dan bangsanya.
Setelah Sang putra lahir dan diberi nama Alwi beliau pun didiknya dengan kasih sayang dan penuh kelembutan, meski sepanjang hidupnya sang anak tidak pernah melihat wajah ayahnya. Beliau tetap merawatnya dan memberi kasih sayang sebagai ibu sekaligus Ayah bagi anaknya. Alwi kecil pun tumbuh menjadi anak yang baik. Beliau membawa buah hatinya itu ke majelis-majelis kebaikan, dipertemukan dengan orang-orang Saleh di masanya guna untuk mendapatkan keberkahan dan doa-doa mereka. Hal ini tertulis dalam Manaqib Habib Alwi yang dikarang oleh Habib Umar bin Alwi Al Kaff
Habib Umar berkata,
"Sang Ibu (Syarifah Fatimah) benar-benar memperhatikannya, beliau sangat perhatian agar anaknya bisa mendapatkan keberkahan Tarim dan orang-orang Saleh yang ada di sana. Beliau membawa anaknya ke semua tempat-tempat ibadah dan majelis majelis ilmu. Beliau juga membawanya bertemu dengan para ulama dan orang-orang Saleh, terutama orang-orang Saleh yang ia temui di meski di Jalan Kota Tarim. Tiap ulama yang beliau temui, beliau sodorkan anaknya untuk di pegang kepalanya dan juga didoakan guna untuk mendapatkan keberkahan."
Hal ini sama seperti yang dilakukan para sahabat terhadap anak-anak mereka dihadapan Rasulullah SAW. Para sahabat membawa anak-anak mereka pada Rasulullah SAW, seperti yang dikisahkan oleh Imam Bukhari bahwa Abu Musa Al Asyari ketika anak pertamanya lahir beliau membawanya pada Rasulullah SAW. Beliau pun mengambilnya dan menggendongnya. Beliau memberi anak itu dengan nama Ibrahim, selanjutnya anak itu dikembalikan pada Abu Musa Al Asyari
Perhatikan, bagaimana Syarifah ini terhadap masa depan anaknya?
Bukan harta yang diharapkan dari anaknya
Bukan pula kedudukan di mata manusia
Namun yang beliau harapkan adalah keshalihan dan keberkahan bagi anaknya, sehingga anak itu hidup dengan penuh keberkahan.
Kalau dia menjadi pedagang maka menjadi pedagang yang sholeh dan berkah.
Kalau jadi pejabat maka akan menjadi pejabat yang sholeh dan berkah.
Apalagi kalau jadi ulama.
Perlu menjadi perhatian disini adalah di saat beliau menikah, sama sekali pernikahannya tidak didasari hawa nafsu, namun pernikahan yang beliau lakukan semata-mata karena ingin mendapatkan kebaikan dan keberkahan.
Bandingkan dengan dasar pernikahan wanita zaman sekarang.
📚 Sumber :
📝 Diambil dari buku Kisah dan Hikmah Wanita Hadramaut karya Habib Hamid Ja'far Al Qadri
Semoga bermanfaat
Mari bergabung bersama kami di sosial media Majelis
Telegram : https://t.me/akhwattarim
Instagram : https://instagram.com/akhwat_tarim
YouTube : https://www.youtube.com/channel/UCsZfnGwECATXtMdRbpeLVqQ
Blogspot : https://majelisakhwattarim.blogspot.com/?m=1
Facebook : https://facebook.com/groups/969428030255803/
Grup WhatsApp : 085714181412
Komentar
Posting Komentar