KETIKA HABIB MUNDZIR MENGHADAPI PREMAN
Pernah seorang pemabuk dan preman yang menjadi biang kriminal bahkan konon sering menyiksa dan membunuh, orang tidak melihat ia memiliki sifat baik sedikitpun.
Namun ketika saya diadukan tentangnya, pasalnya adalah ketika pemuda sekitar wilayah tersebut ingin mengadakan majelis, namun takut pada orang itu. Mereka akan didamprat dan diteror oleh si jahat itu. Ia adalah kepala kejahatan yang konon kebal dan penuh ilmu jahat.
Saya datangi ke rumahnya, saya ucapkan salam dan ia tidak menjawab, ia hanya mendelik dengan bengis sambil melihat saya dari atas ke bawah, seraya berkata: “Mau apa?”
Saya mengulurkan tangan dan ia mengulurkan tangannya dan saya mencium tangannya, lalu saya pandangi wajahnya dengan lembut dan penuh keramahan.
Saya berkata dengan suara rendah dan lembut:
“Saya mau mewakili pemuda sini, untuk mohon restu dan izin pada Bapak, agar mereka diizinkan membuat majelis di musholla dekat sini.”
Ia terdiam, roboh terduduk di kursinya dan menunduk. Ia menutup kedua matanya. Saat ia mengangkat kepalanya saya tersentak, saya kira ia akan menghardik dan mengusir, ternyata wajahnya merah dan matanya sudah penuh air mata yang banyak.
Ia tersedu-sedu berkata:
“Seumur hidup saya belum pernah ada kyai datang ke rumah saya. Lalu kini, Pak Ustadz datang ke rumah saya, mencium tangan saya. Tangan ini belum pernah dicium siapapun. Bahkan anak-anak sayapun jijik pada saya dan tak pernah mencium tangan saya, semua tamu saya adalah penjahat, mengadukan musuhnya untuk dibantai, menghamburkan uangnya pada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi. Kini datang tamu minta izin pengajian pada saya. Saya ini bajingan, kenapa minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya.”
Ia menciumi tangan dan kaki saya sambil menangis, ia bertobat, ia sholat, dan meninggalkan minuman keras dan kriminal.
Konon dia ini sering mabuk, jika sudah mabuk maka tak ada di kampung itu yang berani keluar rumah. Namun kini terbalik, ia menjadi pengaman di sana, tak ada orang mabuk berani keluar rumah jika ada dia
Dia menjadi koordinator musholla, ia mengatur teman-temannya para preman untuk membersihkan musholla, dipaksanya para anak buahnya harus hadir majelis, dan demikianlah keadaannya. Ia bertempat di Legoa, Priok, tempat yang sangat rawan dengan kriminal
Orang di wilayah itu jika saya datang mereka berbisik-bisik: “Jagoan selatan lagi ketemu jagoan utara!”
Mereka kira saya mengalahkannya dengan ilmu, padahal hanya kelembutan Muhammad Saw. yang saya gunakan.
Mari bergabung bersama kami di sosial media Majelis
Telegram : https://t.me/akhwattarim
Instagram : https://instagram.com/akhwat_tarim
YouTube : https://www.youtube.com/channel/UCsZfnGwECATXtMdRbpeLVqQ
Blogspot : https://majelisakhwattarim.blogspot.com/?m=1
Facebook : https://facebook.com/groups/969428030255803/
Grup WhatsApp : 085714181412
Komentar
Posting Komentar